Masyarakat Perbatasan Sambas Pedalaman Juga Bisa Bikin Ngiri

Sambas | Kalimantan Barat
Assalamu'alaikum wr wb.
Alhamdulillah masih bisa bersua lewat tulisan.
Kali ini saya ingin beberbagi sedikit pengalamaan saat "mampir" di desa pedalaman Sambas, Kalimantan Barat, tepatnya di Desa Sijang.

Warkop dan rumah makan "Terpikat" di pusat belanja pasar Galing.
Beberapa kilometer sebelum Desa Sijang. Biasanya jadi tempat persinggahan
dan peristirahatan angkutan umum, truk-truk, dan  pengendara motor.
Mungkin sobat baru pernah mendengar nama Desa Sijang. Begitu juga saya. Informasi awal yang saya dapatkan adalah daerah ini hanya berjarak sekitar 20 km dari perbatasan Malaysia. Jadi memang layak kalau dibilang daerah pelosok atau pedalaman.
Daerah perbatasan Kalbar lazimnya jauh dari ibu kota Provinsi/Kabupaten.
Kenapa saya ke daerah pedalaman? Karena ulah kakak saya. Ya bisa dibilang demikian, pasalnya kakak saya dipanggil tugas untuk mengajar di sana, dan saya sebagai saudara laki-laki satu-satunya wajib hukumnya mengantarkan.
Peta sebaran tenaga pengajar berstatus PNS di Provinsi Kalbar mengarahkan tenaga pengajar baru untuk mengajar di sekolah-sekolah pedalaman, itupun dengan jumlah penerimaan yang sangat minim. Artinya Seorang calon PNS harus bersaing dengan ribuan calon PNS lainnya.
Hmm... daerah pedalaman, memikirkannya saja sudah cukup lelah. Asal kawan2 sekalian ketahui menurut informasi dari kawan2 yang tinggal di sana daerah pedalaman Kalimantan Barat adalah daerah yang infrastrukturnya paling parah, kurang mendapat perhatian, hanya dapat omong kosong calon-calon penguasa pada saat kampanye. Maka perjalanan saya kali ini sedikit banyak untuk membuktikannya.

Benar saja, akses ke pedalaman memang menyedihkan, miris, mengiris-ngiris. Naik sepeda motor bagaikan menunggangi kuda liar. Melompat kesana-kemari. Parah sekali jalannya. Lelah, badan remuk, pinggang sakit, capek sekali.

Untungnya daerah ini sedang dalam tahap awal pembenahan. Pemerintah pusat mendukung perbaikan infrastruktur jalan di sana. Jika dicermati jalannya ditinggikan, mungkin lebih dari satu meter, dan cukup lebar. Konon ada yang bilang akan dibuat 4 jalur lalu lintas.

Tak putus truk-truk membawa materil ke lokasi perbaikan jalan. Maka tak heran jika sobat kesana mengendarai sepeda motor akan dihadiahi debu jalan yang tebal pada musim kering, atau mungkin becek yang berkepanjangan jika kondisi sedang hujan. Proyek besar-besaran. Kedepan akses Kalimantan - Malaysia akan semakin mudah.
Perbaikan jalan bagi masyarakat pedalaman KalBar adalah sebuah penantian panjang, berpuluh-puluh tahun.
Satu hal yang membuat saya kagum, masyarakat pedalaman rata-rata makmur. Kebanyakan remajanya menggunakan motor gede (motor laki). Bahkan ada warga di sana yang memiliki 2 buah mobil Strada (mitsubishi) dan 3 buah truk (Hino) pengangkut terparkir di halaman rumahnya. Benar2 berduit. Bahkan jika dibanding dengan kelas menengah yang hidup di perkotaan (KalBar) seklipun. Kalah telak.

Sedikit menelisik, memang basic warga di pedalaman adalah pedagang dan pekebun. Yang paling dominan adalah pekebun. Kebun bukan sembarang kebun, tapi kebun karet, sawit, dan lada. Bisa dibilang pendapatan harian berasal dari karet, bulanan dari sawit, dan tahunan atau semesteran dari lada. Untuk harga lada putih saja (pada saat artikel ini ditulis) berkisar 180 ribu rupiah per kilo. Bayangkan kalau punya dua hektar kebun lada saja.

Maka tak heran warga di sana cukup sering "nyantai". Banyak menghabiskan waktunya di warkop. Ngobrol berbagai hal dari yang logis sampai yang aneh. Tak tergambar hiruk pikuk kesibukan seperti di kota sama sekali. Luar biasa.

Sobat bisa bayangkan kalau akses disana sudah bagus. Jalan yang apa adanya saja warga di sana sudah cukup membuat terkagum-kagum, apalagi kalau akses sudah bagus. Tidak ada lagi istilah "warga pedalaman".

Dari sini terbesit di pikiran saya, ternyata untuk membangun masyarakat di daerah tertinggal tidaklah sulit. Cukup diberi akses yang bagus dan pendidikan yang bagus. ALAM KITA SANGAT KAYA, tinggal tergantung kegigihan masyarakatnya, dan kemampuan memanfaatkan peluang.

Ini baru hasil kebun karet, sawit dan lada, bayangkan kalau itu gunung emas di papua! Bisa memakmurkan berapa banyak manusia?
Artikel Terkait
Share on Google Plus
"Semoga Menginspirasi"
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 Tanggapan:

Posting Komentar