Defense Of Stupidity


Kebodohan adalah pertentangan asasi dengan logika. Tapi logika yang mana pun subjektif menilai lawannya... Bodoh! Semua orang bodoh. Tetapi saya tidak bodh. Berarti saya bukan manusia? Ah, siapa peduli. Toh, saya yang berkesimpulan seperti itu semuanya orang bodoh. Terus, kenapa harus pusing. Semua juga tau, kalau orang bodoh sering salah dalam menarik kesimpulan.

Sekarang anggap saja saya bukan manusia. Kemudian anggap saja saya sejenis kera. Kera yang berani menuding semua manusia adalah BODOH! Kera yang mengajukan pertanyaan kepada Anda: “Apakah Anda bodoh?”. Kemudian Anda menjawab: “iya!”. Hahaha! saya langsung tertawa. Kemudian Anda merasa dibodohi, dan semakin bodoh ketika ada seekor kera yang menertawakan Anda. Anda berubah pikiran. Karena manusia percaya bahwa ia harus mempertahankan dirinya. Mempertahankan eksistensi, kemuliaan, kedudukan dan segala ‘keangkuhan’ manusia yang banyak itu. Dan Anda adalah manusia (minimal untuk sementara waktu). Kemudian anda menarik kata yang telah Anda ucapkan. Kata yang baru saja Anda ‘daratkan’ pada seekor kera sebagai jawaban. Kemudian Anda berkata: “TIDAK” “Saya tidak bodoh”...


Aha! Kalau begitu Anda sama dengan saya. Ya, Anda bukan lagi manusia. Anda seperti halnya saya adalah sejenis kera. Makhluk yang konon adalah moyang manusia yang bodoh itu. Manusia yang kini tengah berada dalam titik nadir kemanusiaannya. Manusia yang awalnya ingin dimuliakan oleh penciptanya pada kali yang pertama. Tapi lantas menghinakan dirinya sendiri. Bagaimana?? Ya dengan logika! Lihat betapa bodohnya Anda di hadapan logika ini. Dengan logika kera dapat membodohi manusia. Dengan logika pula, manusia menentang penciptanya.

Logika menjadi dewa. Logika yang sejatinya hamba menjadi idole. Logika adalah berhala! Bonasalah wahai para Rasionalis. Tempat anda di akhirat adalah neraka. Sedang di dunia ada petaka, chaos tiada tara.

Salam kematian Rasionalitas! Salam kematian logika,dari saya yang bodoh ini di mata Anda. Kematian Anda adalah ulah logika jua. Dia lah yang membunuh Anda beserta kebenaran Anda. Dia lah, yang akan membunuh ‘ciptaannya’ sendiri: “Subjektifisme” dan “Relativisme”. Kenapa? Karena makhluk ciptaannya ini membangkang. Padahal logika telah berfirman sebelumnya; “Tidaklah ku ciptakan Subjektifisme dan Relativisme, kecuali untuk menghamba kepadaku”. Tapi, keduanya kafir. Seperti Nietche yang ingin membangkan pada tuhan, akhirnya harus mati di tangan-Nya. Tragis! Logika harus ‘berperang’ melawan ciptaannya, sepertihalnya logika memerangi tuannya (Rasionalis, red.)

Fuuhh... dalam kehidupan seperti ini, saya dengan kesadaran saya sepenuhnya dan tanpa unsur paksaan sedikitpun memilih untuk menjadi bodoh. Agar tidak sedikitpun ‘berperang’ melawan pencipta saya. biarlah saya tetap bodoh di mata dunia. Bodoh dimata para cendikiawan seluruhnya. Karena saya adalah seorang penakut, yang takut pada-Nya. “cukuplah takut kepada Alloh sebagai ilmu dan keberanian menentang-Nya sebagai kebodohan” [Ibnu Mas’ud R. A.]
#MesiaKasimilia
OpenMind.16
Artikel Terkait
Share on Google Plus
"Semoga Menginspirasi"
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 Tanggapan:

Posting Komentar