Indonesia Milik Allah

Bismillah...
Alhamdulillah, kemarin tepatnya Jum'at 21 November 2014, Allah SWT masih memberikan kesempatan kepada beliau untuk hadir dan mempertemukan kami semua dengannya. Beliau adalah seorang mualaf yang berikrar mendedikasikan hidupnya dijalan dakwah guna menegakkan Kalimat Tauhid di Nusantara. Seorang penulis inspiratif dan penuh semangat yang menelurkan buah karya penuh berkah dan manfaat. Beliau adalah Ust. Felix Siauw. Mudah-mudahan Allah SWT menjaganya dalam keistiqomahan. Aamiin...

Untuk kedua kalinya beliau hadir atas undangan rekan-rekan yang memang konsern dalam bidang dakwah dan bisnis syariah. Rekan-rekan saya ini membentuk suatu "geng" yang dikenal dengan nama "Warga Granada". Di kota Pontianak sendiri, khususnya wilayah sekitar kampus (UNTAN) mereka sudah cukup ternama. Ternama karena mereka gaul dalam artian banyak mengecap manisnya Ilmu, anti mainstream, dan sering mengeluarkan statement kontroversial-humoris yang mengundang banyak pihak untuk berdiskusi dan mengenal sosok mereka. Ternama jenis ini sangat baik dalam dunia bisnis.

Kembali ke fokus awal, bahwa saya bisa dibilang "kegirangan" saat Majelis Jejak Nabi yang Warga Granada garap ini mengundang Ust. Felix Siauw. Lebih "girang" lagi tatkala saya menyaksikan ramainya peserta Majelis Jejak Nabi tersebut. Harapan saya hanya satu semoga Beliau dengan segala pengalaman, semangat dan keseriusannya dalam dakwah bisa menjadi jalan hikmah bagi penduduk Kalbar khususnya Kota Pontianak untuk bersama-sama memperjuangkan Islam. Ya, bisa dibilang saya merindukan hadirnya rekan-rekan pejuang syariat di tanah kelahiran saya ini.


Dari segala pemaparannya, ada satu analogi yang menurut saya cukup mengena dan menjadi perhatian peserta pada saat itu. Beliau memberikan gambaran bagaimana keadaan para wanita indonesia yang gemar mengumbar aurat di muka umum, namun sebaliknya berpenampilan solehah dengan segala kelengkapan hijab yang menutupi seluruh auratnya dengan rapi dan sempurna pada saat shalat di masjid. Ini fakta yang lucu, namun bukan untuk ditertawakan. Fakta ini secara tidak langsung menjelaskan bahwa ketakwaan mutlak hanya pada saat berada di Masjid, Allah SWT hanya ada di masjid, atau hukum Islam tidak boleh melebihi "perkarangan" Masjid.

Nah, logika sesat semacam ini tidak hanya ditemukan pada sosok wanita semata dan tidak pula pada perihal hijab semata. Mungkin kita masih ingat pernyataan salah satu petinggi ormas Islam pada salah satu acara di stasiun TV swasta, yang intinya mengatakan bahwa hukum Islam tidak boleh lebih tinggi dari konstitusi negara.

Logika konyol macam ini sangat berbahaya, terlebih jika yang menyebarkannya adalah kalangan yang mengemban status ulama. Logika semacam ini membuat umat sesat dan tidak mengenal Islam sebagai agamanya dengan benar. Jika ini dibiarkan dan dibiasakan maka wajar jika kita melihat fenomena dimana ketaatan umat hanya tampak pada saat mereka di Masjid. Sedangkan tatkala mereka di luar masjid maka hukum yang berlaku bagi mereka adalah konstitusi dan undang-undang buatan tangan-tangan manusia semata.

Jika orang-orang yang telah diracuni dengan pemikiran demikan ditanya: "Kenapa engkau menggunakan pakaian rapi dan sangat wangi pada saat di Masjid?". Jawabannya: "Karena ini rumah Allah, takut kuwalat". Namun jika ditanya: "Kenapa engkau tidak memutuskan perkara mereka dengan hukum-hukum Allah pada saat engkau memerintah". Jawabannya: "Tunggu dulu bro!!! Ini negara Indonesia, kita punya Konstitusi, NKRI harga mati". Standar ganda.

Lalu pertanyaannya, jika Masjid itu rumah Allah dan juga milik Allah, lalu Indonesia dan Bumi ini milik siapa sampai-sampai harus mencampakkan hukum-hukum Allah? Milik manusia kah sehingga boleh seenaknya?[]
Artikel Terkait
Share on Google Plus
"Semoga Menginspirasi"
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 Tanggapan:

Posting Komentar