"Prinsip"



Assalamu’alaikum. Sudah lama tidak menulis. Mungkin tulisan kali ini terasa kaku. Namun tidak kenapa, mari kita lanjutkan...

Jika ditanya “Prinsip hidupmu ini apa?”. Saya yakin orang sekaliber anak muda jaman sekarang bakal banyak yang kebingungan. Jadi sok mikir mulai mau mengarang-ngarang cerita. Apaaaa ya kira-kira?

Hehe, jangan malu. Saya juga begitu, dulu...

Ada seorang Ulama besar mengungkapkan bahwa dimasa sekarang ini masyarakat itu cenderung tidak memiliki idealisme yang jelas. Hidupnya ibarat terombang ambing di lautan. Dan jika mau di teliti memang ungkapan ini ada faktanya.

Kita ambil contoh. Ada seorang anak muda baru kuliah di salah satu universitas mengambil jurusan ilmu hukum. Sewaktu kuliah ia mendalami apa yang bisa dijadikan sumber-sumber hukum. Apa yang patut dijadikan standar kebaikan untuk mengatur kehidupan. Idealisme apa yang harus ia pegang. Lalu ia mendapati bahwa sumber hukum itu ada banyak, ada sumber hukum adat, sumber hukum agama (agama juga macam-macam), sumber hukum normatif, yurisprudensi, dll. Sampai disini si anak jadi bingung, “Sumber hukum apa yang benar? Idealisme apa yang harus aku pegang?”.

Kasus ke dua: si Ayah dan si anak yang hobi nonton berita. Tiap prime time news tayang selalu di incar. Pada suatu malam ada suatu berita yang membuat keduanya berdebat panjang. Yaitu tentang eksekusi mati terhadap salah seorang pelaku pemerkosaan sekaligus pembunuhan. Si Bapak tidak mendukung eksekusi mati diterpakan karena belum ada undang-undangnya. Si anak setuju eksekusi mati karena menurunya pelaku adalah pelaku kejahatan berat. Sedangkan salah seorang narasumber di tivi mengatakan bahwa eksekusi mati bisa mencederai HAM, dan lagipula si pelaku masih muda, artinya masih memiliki perjalanan yang panjang, yaaa dikasih kesempatan jadi baik lah intinya.... Mana coba pendapat yang mau dipake?

Begitulah gambaran masyarakat bingung. Yaitu masyarakat yang tidak jelas standar kebenaran yang mereka pakai. Masyarakat yang tidak konsisten dengan standar idenya (pemikirannya), sehingga kalau ada problem di tengah-tengah mereka maka mereka akan memunculkan banyak argumen untuk menyelesaikannya. Ujung-ujungnya mereka akan berdebat, dan terkadang menghabiskan waktu berbulan-bulan di layar kaca televisi. Dalam sistem demokrasi sekarang ini maka yang ramai adalah pemenang, meskipun yang ramai itu orang rakus dan gila semua.

Asal muasal kondisi ini adalah tatkala kita dijauhkan dari perdebatan tentang “Idealisme apa yang SAHIH di muka bumi ini”. Kita dijauhkan dari perdebatan itu, dan berusaha diarahkan ke arah yang “lebih bijak” menurut mereka. Yaitu menerima dan menghargai semua pendapat dan menjauhi perdebatan (kebenaran relatif). Padahal kalimat itu adalah mantra yang berbahaya. Perlu kita pahami bahwa kebenaran itu mutlak dan hanya ada satu sumber.
Artikel Terkait
Share on Google Plus
"Semoga Menginspirasi"
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 Tanggapan:

Posting Komentar